Home

Bushido

Assalamualaikum,,


Ikut berduka cita dengan gempa 9.0 SR dan tsunami yang terjadi di Jepang Jumat 11 Maret 2011,, Semua mengingatkan kita pada gempa dan tsunami di Aceh. Painful and sad.. Namun, ternyata gempa dan tsunami di Jepang lebih besar dari yang terjadi di Aceh begitu pula dengan dampak bencana tersebut.  Meledaknya reaktor nuklir Fukushima Daichi menambah beban penderitaan bangsa itu.  Semoga bangsa Jepang tetap kuat dalam menghadapi bencana ini.

Ada yang lain ketika kita melihat rakyat Jepang menghadapi bencana ini.  Mereka terlihat tenang dan tidak menunjukkan kepanikan.  Mereka tetap mengantri di supermarket dan stasiun pengisian bahan bakar tanpa berebutan.  Ahhh,,tidak ada di negara lain yang seperti ini ketika mereka dalam kesusahan.  Kadang sudah menjadi sifat manusia untuk menang sendiri dalam keadaan terhimpit. Papa sering bercerita betapa kagumnya dia dengan bangsa itu, begitu teratur dan disiplin bangsa itu dalam menjalani kehidupannya.  Ketika gempa pun, mereka tidak panik berebutan keluar gedung, namun berlindung di meja karena itu sudah merupakan prosedur yang dilakukan ketika gempa.  Selain itu, gedung-gedung di Jepang sudah memenuhi persyaratan sebagai gedung yang tahan gempa.  Keteraturan dan kedisiplinan itu semata-mata karena mereka begitu cinta negaranya menurut papa.  Saya setuju bahwa bangsa Jepang memang bangsa yang nasionalis dan banyak yang mengakui.  Kekaguman saya ini, membuat saya berharap bisa kesana suatu hari nanti. (Amiinn...)

Saya pun teringat dengan buku Bushido: The Soul of Japan.  Buku ini berisi penjelasan tentang jiwa kesatriaan seorang samurai, dan ajaran ini tidak tertulis namun melekat di setiap diri rakyat Jepang.  Dari buku ini, saya menjadi mengerti mengapa bangsa Jepang begitu tegar dan sigap dalam menghadapi bencana.  Ada 7 nilai kebajikan dalam Bushido yaitu: Gi (kejujuran atau keadilan), Yu (keberanian), Jin (rasa kemanusian), Rei (kesopansantunan), Makoto (ketulusan hati), Meiyo (kehormatan) dan Chugi (kesetiaan).  Ketujuh nilai itulah yang membentuk karakter dan watak bangsa Jepang. 

Jiwa kesatrian bangsa Jepang pun telah teruji ketika Perang Dunia 2, ketika itu Jepang masih menjajah Indonesia dan Amerika menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki tanggal 6 dan 9 Agustus 1945.  Hal tersebut yang membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.  Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana membangkitkan kembali bangsa Jepang.  Pada saat itu Kaisar Hirohito menyampaikan pidato yang membakar semangat rakyat Jepang "....ini merupakan kelahiran kembali bangsa Jepang..." dan seluruh rakyat pun menyabutnya dengan semangat yang membara.  Selain itu masih ada gempa Kobe 1995 dan ChÅ«etsu 2004 yang juga telah menguji bangsa ini.

Mungkin Indonesia memang perlu banyak belajar dari Jepang.  Perlu diketahui bahwa Jepang termasuk bangsa yang homogen, mungkin hanya ada sekitar 5-10 suku bangsa saja yang tinggal di negara tersebut sehingga tidak heran mereka lebih mudah menimbulkan jiwa nasionalisme.  Namun hal tersebut bukanlah halangan untuk bangsa Indonesia dalam menumbuhkan rasa nasionalisme, karena Indonesia memiliki falsafah "Bhineka Tunggal Ika" yang berarti "berbeda-beda tapi tetap satu".  Mudah-mudahan kita bisa lebih siap lagi dalam menghadapi bencana alam seperti Jepang.  Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia berada di pertemuan 3 lempeng tektonik yang menyebabkan rawan gempa dan tsunami, kondisi yang sama untuk Jepang.  

Ada yang perlu kita sadari bahwa, sesempurna apapun usaha pencegahan dan penanganan bencana yang kita lakukan, tidak terlepas dari takdir Tuhan.  Namun, setidaknya kita telah berdoa dan berusaha yang terbaik.  Gambaru Japan...

Wassalamualaikum,,,

0 komentar:

Post a Comment